KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas
mata
kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia
Dosen:
Dra.
Yayah Churiyah, S.Pd., M.Pd.
Oleh
Kelompok 4
Kelas
1 B
Dede Ajeng Arini (1101342)
Dede Permana (1101470)
Esti Aprianti Idris (1105032)
Isma
Rachmawati (1100435)
Oki
Silvia Tryadi (1103000)
Yuni Andriani P. (1101343)
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin maju tanpa disadari
telah banyak mempengaruhi komunikasi di lingkungan masyarakat. Penggunaan bahasa
terutama struktur kalimat dalam berkomunikasi sudah tidak diperhatikan lagi. Padahal,
setiap gagasan yang dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam
bentuk kalimat. Oleh karena itu, kita dituntut untuk mampu bertutur kata dengan
kalimat yang efektif agar mudah dipahami orang lain secara tepat.
Ketatabahasaan yang baik dan benar sebenarnya bukan
hanya diterapkan dalam komunikasi lisan, tetapi juga dalam ragam tulisan. Pemahaman
mengenai kalimat merupakan modal penting yang sangat dibutuhkan. Faktanya,
tidak sedikit buku-buku, surat kabar, spanduk, hingga pamflet yang penyusunan kalimatnya
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Dalam dunia pendidikan, terkadang kita temukan
para siswa yang masih sulit membedakan pola-pola kalimat, bentuk-bentuk kalimat,
termasuk cara-cara pemilihan kata dan penggunaannya hingga menjadi kalimat yang
efektif. Sebagai calon pengajar sekaligus pendidik, kita harus memahami hal-hal
yang berkaitan dengan kalimat. Dengan pemahaman tersebut, kita akan mampu mengajar
anak didik kita supaya berkomunikasi dengan kalimat yang efektif, baik dalam ragam
tulisan maupun komunikasi secara lisan.
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini perlu dirumuskan permasalahan
sehingga dapat menjadi spesifik dan sistematis. Adapun rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut.
1. Apa
yang dimaksud dengan kalimat dalam bahasa Indonesia?
2. Apa
saja pola-pola kalimat yang ada dalam bahasa Indonesia?
3. Apa
saja jenis-jenis kalimat menurut struktur gramatikalnya?
|
4.
|
5. Bagaimana
penerapan pola, jenis, dan bentuk kalimat dalam pembuatan kalimat yang benar?
6. Apa
yang dimaksud dengan kalimat efektif?
7. Apa
saja ciri-ciri dari kalimat efektif?
8. Bagaimana
sebuah kalimat dapat dikatakan kalimat efektif?
C. Prosedur Pemecahan Masalah
Permasalahan di atas menunjukkan bahwa masih ada
masyarakat Indonesia yang kurang menyadari betapa pentingnya ketepatan penggunaan
kalimat dalam berkomunikasi dan penulisan. Maka dari itu, dalam pembahasan makalah
yang berjudul “Kalimat dan Kalimat Efektif”
ini kita akan memperdalam pemahaman tentang kalimat, yaitu terlebih dahulu
memahami pengertian dari kalimat dalam bahasa Indonesia; mengenal pola, jenis,
dan bentuk kalimat; serta memahami pengertian dan ciri-ciri dari kalimat efektif.
Adapun sumber pembahasan diambil dari berbagai buku sumber, dengan buku pegangan
utama yaitu buku Pendidikan Bahasa Indonesia karangan Dra. Isah Cahyani,
M.Pd. dan Dr. Iyos Ana Rosmana, M.Pd. Dengan demikian, jika kita telah memahami
hal-hal tersebut diharapkan kita mampu menggunakan kalimat dengan benar dan efektif,
sehingga tidak ada lagi pemahaman yang salah dalam berkomunikasi dan menulis kalimat.
D. Tujuan Penyusunan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan makalah
ini adalah untuk mengetahui serta memahami:
1. Definisi
kalimat dalam bahasa Indonesia.
2. Pola-pola
kalimat dalam bahasa Indonesia.
3. Jenis-jenis
kalimat menurut struktur gramatikalnya.
4. Bentuk-bentuk
kalimat dalam bahasa Indonesia.
5. Penerapan
pola, jenis, dan bentuk kalimat dalam pembuatan kalimat yang benar.
6.
7. Ciri-ciri
kalimat efektif.
8. Kalimat
yang dapat dikatakan sebagai kalimat efektif
E. Sistematika Penyusunan Makalah
Makalah
ini terdiri atas tiga bab. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka
sistematika penyusunan makalah ini akan diuraikan sebagai berikut.
Bab
I merupakan bab pendahuluan yang berisi (a) latar belakang, (b) rumusan masalah,
(c) prosedur pemecahan masalah, (d) tujuan penyusunan dan (e) sistematika penyusunan
makalah.
Bab
II mengemukakan pembahasan yang berkaitan dengan kalimat dan kalimat efektif,
yaitu (a) definisi kalimat, (b) pola, jenis, bentuk kalimat, serta penerapannya,
dan (c) definisi dan ciri-ciri kalimat efektif.
Bab
III berisi simpulan dari bagian pembahasan.
BAB II
KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF
A. Kalimat Bahasa Indonesia
Menurut Tata Bahasa Tradisional, kalimat
adalah satuan kumpulan kata terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap;
sedangkan menurut Tata Bahasa Struktural serta Diana Leroy (2003:37), “Kalimat
adalah suatu bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan,
sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.” (Keraf,
1980:139-140).
Selanjutnya Keraf menyatakan, “Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tulisan, harus memiliki subjek (S)
dan predikat (P).Jika tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat,
pernyataan itu bukanlah kalimat. Deretan kata yang seperti itu hanya dapat
disebut sebagai frasa. Inilah yang
membedakan kalimat dengan frasa.”
Begitu pula, Ramlan (1981:4) menyatakan bahwa,
“Kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau
naik.” Mengenai strukturnya, Ramlan (1981:4) menyebutkan, “Ada kalimat yang
berklausa dan tak berklausa.”
Kridalaksana (1993:92) menjelaskan pengertian
kalimat sebagai berikut.
1. Satuan
bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pula intonasi final dan
secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa;
2. Klausa
bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan, satuan proposisi yang merupakan
gabungan klausa atau merupakan satu klausa yang membentuk satuan yang bebas,
jawaban minimal, seruan, salam, dsb.;
3. Konstruksi
gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola
tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan.
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(1997:234) menyebutkan, “Kalimat ialah bagian terkecil dari ujaran atau teks
(wacana) yang menyatakan keutuhan pikiran secara ketatabahasaan. Wujud kalimat
terdiri atas lisan dan tulisan.”
4
|
5
|
1.
Pola
Kalimat
Jika dilihat dari hal predikat,
kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia ada dua macam, yaitu:
a. kalimat-kalimat
berpredikat kata kerja; dan
b. kalimat-kalimat
yang berpredikat bukan kata kerja.
Akan
tetapi, dalam pemakaian sehari-hari kalimat yang berpredikat kata kerja lebih
besar jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat bukan kata kerja. Contoh:
Gambar itu diwarnai oleh para siswa.
Kata
kerja dalam kalimat ini ialah diwarnai. Kata diwarnai adalah predikat dalam kalimat ini.
Setelah
ditemukan predikat, subjek dapat ditemukan dengan cara bertanya menggunakan
predikat, seperti:
Apa yang diwarnai oleh para siswa?
Jawaban
pertanyaan tersebut ialah gambar itu. Kata gambar
itu merupakan subjek kalimat.
Bagaimana
halnya dengan objek? Unsur objek dalam kalimat hanya ditemukan dalam kalimat
yang berpredikat kata kerja. Namun, tidak semua kalimat yang berpredikat kata
kerja harus mempunyai objek. Objek hanya muncul pada kalimat yang berpredikat
kata kerja transitif. Objek tidak dapat mendahului predikat karena predikat dan
objek merupakan suatu kesatuan. Contoh:
Ibu saya membeli.
Frasa
ibu saya merupakan subjek kalimat,
sedangkan kata membeli adalah unsur
predikat yang berupa verba transitif. Kalimat ini belum memberikan informasi
yang lengkap sebelum ada kejelasan tentang membeli
itu. Oleh sebab itu, agar kalimat tersebut dapat memberikan informasi yang
jelas, predikatnya harus dilengkapi, seperti kalimat di bawah ini.
6
|
S P O
Andaikata
suatu kalimat sudah mengandung kelengkapan makna dengan hanya memiliki subjek
dan predikat yang berupa verba intransitif, objek tidak diperlukan lagi. Kalimat
di bawah ini tidak memerlukan objek.
Penanam modal asing berkembang.
S P
Kalimat
itu telah memberikan informasi yang jelas sehingga tidak perlu dilengkapi lagi.
Jika di belakang unsur berkembang
ditambah dengan sebuah kata atau beberapa kata, unsur tambahan itu bukan objek,
melainkan keterangan. Misalnya:
Penanam modal asing berkembang
saat ini.
S P K
2.
Jenis
Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
Menurut strukturnya, kalimat bahasa
Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
a. Kalimat
Tunggal
Kridalaksana (1987:95) berpendapat, “Kalimat tunggal terdiri atas satu
klausa bebas. ”Jadi, kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa atau dua unsur inti pembentuk kalimat (subjek dan predikat) dan dapat
diperluas dengan unsur tambahan (objek dan keterangan) asalkan tidak membentuk
pola kalimat baru. Berikut adalah susunan pola dari kalimat tunggal.
1)
Memiliki subjek kata benda dan predikat kata kerja.
Contoh: Kakak membaca.
2)
Memiliki subjek kata benda dan predikat kata sifat.
Contoh: Anak
itu pintar.
3)
Memiliki subjek kata benda dan predikat kata bilangan.
Contoh: Harga pensil
itu dua ribu rupiah.
4)
Memiliki subjek kata benda dan predikat kata depan juga
kata benda.
Contoh: Hadiah
untuk teman.
5)
7
|
Contoh: Anak
itu memukul kucing.
6)
Terdiri atas subjek kata benda, predikat kata kerja,
dan objek kata benda beserta pelengkap.
Contoh: Ayah
membelikan saya buku.
7)
Memiliki subjek dan predikat berupa kata benda.
Contoh: Pak
Dani petani.
Kalimat Tunggal
dan Perluasannya
Sebuah kalimat tunggal dapat diperluas
menjadi kalimat majemuk. Perluasan tersebut dapat terjadi pada subjek, predikat,
objek, atau keterangan. (P. Tukan, 2007:99).
Perhatikan contoh-contoh berikut!
1.
a) Murid itu pintar.
(tunggal)
S P
b) Murid itu sakit. (tunggal)
S P
c) Murid yang pintar itu sakit.
(majemuk dengan perluasan anak kalimat
S P subjek)
2.
a) Bibi Hana mencuci pakaian.
(tunggal)
S P O
b) Bibi Hana menyetrika pakaian.
(tunggal)
S P O
c) Bibi Hana mencuci dan menyetrika
pakaian. (majemuk dengan perluasan
S p O anak kalimat predikat)
b. Kalimat
Majemuk
Diana Leroy (2003:37) menjelaskan, “Kalimat majemuk
adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.”
Menurut Kridalaksana (1987:94), “Kalimat majemuk adalah
kalimat yang terdiri dari beberapa klausa. Jika kalimat tersebut terdiri atas klausa
bebas, kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk setara. Akan tetapi, apabila
kalimat tersebut klausanya dihubungkan secara fungsional, salah satu di
antaranya berupa klausa bebas
sedangkan yang lainnya berupa bagian fungsional dari klausa atasan.”
8
|
Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi:
1)
Kalimat Majemuk Setara (Koordinatif)
Kalimat majemuk setara adalah kalimat
majemuk yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat. Kesetaraan
antara pola-pola dalam satu kalimat ditentukan oleh jenis konjungsi yang
dipakai, yaitu konjungsi setara. Oleh karena itu, jenis kalimat majemuk setara
sangat ditentukan pula oleh jenis konjungsi setara yang dipakai di dalamnya,
seperti tampak berikut ini.
a) Setara
menggabungkan, ditandai dengan kata dan,
serta, lagi, pula, dan juga.
Contoh: Ibu menjahit dan ayah
membaca koran.
b) Setara
menguatkan, ditandai dengan kata bahkan dan apalagi.
Contoh:
Taman laut di Pangandaran indah, bahkan sangat
mengagumkan.
c) Setara
memilih, ditandai dengan kata atau.
Contoh: Apakah
kita akan pergi atau kita tinggal di
rumah?
d) Setara
mempertentangkan, ditandai dengan kata tetapi, melainkan, sedangkan, dan namun.
Contoh: Kakaknya
rajin, tetapi adiknya malas.
e)
Setara sebab akibat, ditandai dengan kata sebab atau karena itu.
Contoh: Perut saya sakit sebab banyak makan rujak.
2) Kalimat
Majemuk Bertingkat (Subordinatif)
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang
mengandung dua pola kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Sebenarnya,
kalimat majemuk bertingkat ini berasal dari kalimat tunggal yang salah satu
unsurnya (predikat, objek, atau keterangan) diperluas sehingga perluasan itu
membentuk pola kalimat yang baru.
9
|
Cara penulisan
kalimat majemuk bertingkat:
Jika induk
kalimat mendahului anak kalimat, tidak boleh menggunakan tanda koma. Contoh: Ia tidak jadi berangkat karena hari hujan.
Jika anak
kalimat mendahului inaduk kalimat, harus menggunakan tanda koma di antara anak
kalimat dengan induk kalimat tersebut. Contoh: Karena hari hujan, ia tidak jadi berangkat.
3) Kalimat
Majemuk Campuran (Koordinatif-Subordinatif)
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang
terdiri atas sebuah pola utama dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau
sekurang-kurangnya dua pola utama dan satu / lebih pola bawahan. Contoh:
Ani tidak tahu jika perpustakaan tutup, sehingga ia tidak
dapat meminjam buku.
pola utama pola bawahan
Kalimat ini
adalah kalimat majemuk campuran (gabungan antara kalimat majemuk bertingkat
dengan kalimat majemuk setara) yang terdiri atas satu pola utama dan dua pola
bawahan.
4) Kalimat
Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan
beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya sama maka
bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
Pekerjaannya
hanya makan. (kalimat tunggal 1)
Pekerjaannya
hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
Pekerjaannya
hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
Pekerjaannya
hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)
3.
10
|
a. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang
subjeknya melakukan perbuatan / tindakan. Kalimat aktif dibagi atas:
1) Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif
bercirikan: (1) predikatnya berupa verba transitif atau verba yang berawalan
meN-, dan (2) memiliki objek, misalnya:
a) Saya mengerjakan tugas bahasa Indonesia. (tugas bahasa Indonesia berfungsi sebagai
objek).
b) Ibu memasak nasi. (nasi berfungsi sebagai objek).
Kalimat aktif transitif dibedakan atas kalimat aktif ekatransitif, yaitu
kalimat yang hanya memiliki satu objek, dan kalimat aktif bitransitif, yaitu
kalimat yang memiliki dua objek.
2) Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif bercirikan (1) predikatnya dapat berupa verba
berawalan selain meN-, kata dasar, baik itu verba maupun nonverba, dan (2)
tidak memiliki objek, misalnya:
a) Kami duduk-duduk di teras rumah.
b) Ayah tidur mendengkur.
b. Kalimat Pasif
Kalimat pasif
adalah kalimat yang menunjukkan bahwa subjek merupakan tujuan dari pekerjaan
dalam predikat verbanya, contoh :
1)
Surat itu ditulis oleh Mira.
2)
Buku dibaca semua orang.
Perhatikan
perbedaan antara kalimat aktif dengan kalimat pasif berikut ini!
No.
|
Kalimat aktif
|
Kalimat pasif
|
1.
|
Subjek
|
Objek
|
2.
|
Predikat (meN-)
|
Predikat (di-, ter-, ku-, saya-, dia-)
|
3.
|
Objek
|
Subjek
|
B.
11
|
Kalimat efektif adalah kalimat yang benar
dan jelas, sehingga dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan
dapat dipahami secara tepat pula. (Isah Cahyani. dan Iyos Ana Rosmana, 2009:82;
Dra. Sri Hastuti, 2010:10).
Dra. Sri Hastuti menjelaskan lebih lanjut,
“Keefektifan suatu kalimat dapat diketahui melalui penanda kalimat efektif
yaitu subjek kalimat jelas, bukan klausa bawahan, pilihan kata tepat, tidak
ambigu, dan ide kalimat logis.”
Karena lingkungan kotor, sehingga
banyak lalat beterbangan di sana. (tidak efektif karena subjek tidak jelas)
Lingkungan
kotor sehingga banyak lalat beterbangan di sana. (efektif)
Dengan
demikian, ciri kalimat efektif adalah (a) kesepadanan dan kesatuan, (b)
kesejajaran bentuk, (c) penekanan, (d) kehematan dalam menggunakan kata, dan
(e) kevariasian dalam struktur kalimat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan, 1995:4).
Disamping itu, khusus dalam ragam tulis masih diperlukan satu ciri lagi bagi
kalimat efektif, yaitu ketepatan penulisannya.
Ciri kesepadanan dan kesatuan berkaitan dengan
kegramatikalan kalimat. Kalimat harus memiliki subjek dan predikat, atau bisa
ditambah dengan objek, keterangan, dan unsur-unsur lainnya. Ciri kesejajaran
(paralelisme) adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi
bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Ciri penekanan dalam
kalimat berhubungan dengan ide pokok. Ciri kehematan berhubungan dengan pilihan
kata, pembentukan kata atau frasa, maupun menggunakan penalaran yang logis. Ciri
kevariasian berurusan dengan upaya menghasilkan daya informasi yang baik dan
tidak membosankan.
Ada pula yang menyebutkan bahwa kalimat efektif
mempunyai ciri (a) kejelasan gagasan kalimat, (b) kepaduan unsur kalimat, (c)
kecermatan pembentukannya, dan (d) kevariasian penyusunannya. Ciri kejelasan
gagasan kalimat berkaitan dengan kegramatikalan kalimat. Ciri kepaduan unsur
kalimat menyangkut penataan unsur kalimat. Ciri kecermatan berhubungan dengan
pilihan kata, pembentukan kata atau frasa, dan penalaran yang logis. Ciri
kevariasian berurusan dengan upaya menghasilkan daya informasi yang baik dan
tidak membosankan. Ketiga ciri pertama menyangkut pembentukan kalimat secara
mandiri, sedangkan ciri keempat telah menyangkut pembentukan kalimat dalam
hubungannya dengan kalimat lain.
12
|
Untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai kalimat
efektif, keempat ciri yang pertama akan dibicarakan satu per satu.
1.
Kejelasan Gagasan
Setiap kalimat efektif haruslah memiliki gagasan yang jelas. Kejelasan
gagasan terlihat pada adanya satu ide pokok. Keberadaannya dalam kalimat dapat
diamati pada hadirnya subjek (S) dan predikat (P) ataupun diikuti objek (O) dan
keterangan (K) kalimat. Gagasan kalimat biasanya menjadi kabur bila kedudukan S
atau P tidak jelas karena kesalahan penggunaan kata depan tertentu. Untuk itu,
perhatikan contoh berikut menurut S. Ningsih (2010:15).
Dari
survey dan penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa krisis
pangan
sudah semakin gawat.
Kalimat
tersebut tidak efektif karena kehadiran kata depan dari menyebabkan subjeknya menjadi kabur. Oleh karena itu, harus
dimunculkan subjek dengan cara menghilangkan kata dari.
2.
Kepaduan Unsur Kalimat
Kepaduan mengacu kepada hubungan yang serasi antarbagian kalimat. Oleh
karena itu, penataan unsur-unsur kalimat secara tepat menjadi bagian penting.
Kalimat berikut ini terlihat kurang padu karena antara kata Tanya apakah
dan bagian inti yang ditanyakan (penyuluhan) dipisahkan oleh keterangan.
Apakah menurut
Anda penyuluhan ini
adalah cara yang
terbaik untuk
mencapai
tujuan tersebut?
13
|
Menurut
Anda, apakah penyuluhan ini adalah cara yang terbaik untuk mencapai tujuan
tersebut?
3.
Kecermatan
Di samping kalimat efektif harus memiliki kejelasan gagasan
dan kepaduan unsur-unsur kalimatnya, kalimat efektif dituntut pula memiliki
ciri kecermatan. Ciri ini menyangkut penggunaan kata yang tepat, penghindaran
unsur mubazir, pembentukan frasa yang tepat, pemakaian konjungsi yang tepat,
pembentukan kata yang sejajar, dan penalaran yang logis.
a.
Penggunaan kata secara tepat
Penggunaan kata yang tepat menyangkut pemilihan kata-kata yang sesuai dengan
konteksnya. Contohnya dapat diamati pada kalimat berikut ini.
Akan tetapi, untuk proyek-proyek di bidang pendidikan yang bermisikan peningkatan mutu, hasilnya tentu tidak sejelas
hasil proyek-proyek pengadaan sarana fisik, meskipun dampaknya seharusnya juga
teramati, kalau toh tidak dapat diukur secara cermat.
Pilihan kata kalau toh
menunjukkan ketidakcermatan penulis karena kalimat tersebut
dipaparkan dalam laporan resmi
b.
Penghindaran unsur mubazir
Kecermatan kalimat mengacu pula pada penggunaan kata-kata yang
sehemat-hematnya. Kata-kata yang berlebihan akan mubazir. Kata adalah dan
merupakan mengandung makna yang hampir sama. Oleh karena itu, penggunaan
keduanya secara bersama-sama sangat mubazir, seperti:
MOKAKU 2011 ini adalah merupakan
masa orientasi kampus bagi mahasiswa UPI kampus daerah Purwakarta, dan juga
bagi kampus-kampus daerah lainnya.
c.
14
|
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih, yang masing-masing katanya
tetap mempertahankan makna dasarnya. Gabungan kata tersebut menghasilkan suatu
relasi tertentu dan tiap kata pembentuknya tidak bisa berfungsi sebagai subjek
dan predikat. (Diana Leroy, 2003:34).
Contohnya yaitu soto Betawi dan baju adik.
Pada bahasan sebelumnya diungkapkan bahwa ketidakcermatan penyusunan
kalimat di antaranya ditandai oleh pemakaian kata-kata depan yang berlebihan,
sehingga harus dihilangkan dalam perbaikannya. Namun, tidak jarang pula
ditemukan dalam pemakaian sehari-hari, kata depan yang seharusnya ada frasa
tertentu justru tidak muncul. Hal itu dapat diamati pada contoh berikut.
Oleh karena jadwal pemberangkatan peserta program Applied Approach
diatur secara bergelombang, demi efisiensi pelaksanaan pencetakan buku teks
juga diselenggarakan secara bergelombang sesuai ketersediaan bahan yang memang
telah siap dicetak.
Kata depan dengan
seharusnya hadir diantara sesuai dengan ketersediaan pada kalimat
di atas.
d. Pemakaian
konjungsi yang tepat
Pemakaian konjungsi yang tepat juga menjadi ciri kecermatan penyusunan
kalimat efektif.
e.
Pembentukan kata yang sejajar
Pembentukan kata-kata dalam suatu rincian haruslah mencerminkan
kesejajarannya. Pembentukan itu terlihat pada penggunaan awalan me- pada
mengerti, mengetahui, mengenal, memahami,
dan mengamalkan berikut.
Sebagai warga Indonesia yang baik, yang mengerti dan mengetahui akan
kedudukannya, mengerti dan mengetahui akan hak dan kewajibannya, wajib bagi
kita untuk mengenal, memahami, dan mengamalkan pandangan hidupnya.
f.
Penalaran yang logis
Kalimat yang cermat haruslah bermakna logis. Logis artinya masuk akal. Ketidaklogisan
kalimat berikut disebabkan penggunaan kata demikian dan ingin,
yang maknanya dalam kalimat tersebut bertentangan.
15
|
Kata demikian
menunjukkan makna bahwa sesuatu telah terjadi, sedangkan ingin
menyatakan sesuatu yang belum terjadi. Karena itu, akibat pemakaian keduanya,
kalimat tersebut kurang logis. Sebaiknya kata ingin dihilangkan.
4.
Kevariasian Penyusunan Kalimat
Bila tiga ciri pembentukan kalimat efektif yang telah dipaparkan di depan
lebih berorientasi pada ciri kalimat secara mandiri, ciri kevariasian ini
sebagian besar berkaitan dengan hubungan antarkalimat. Upaya ini dimaksudkan
untuk meng-hasilkan daya informasi yang baik dan tidak membosankan. Untuk
mendukung maksud tersebut, diperlukan berbagai upaya seperti berikut.
a.
Pemakaian kata-kata yang bersinonim
Untuk tidak menimbulkan kesan membosankan akibat pemakaian kata-kata yang
sama dalam satu kalimat, sebaiknya digunakan kata-kata yang bersinonim.
b.
Pengubahan urutan unsur kalimat
Bila beberapa rangkaian kalimat disusun dengan pola yang sama, akan
timbul kesan membosankan. Untuk menghindari hal itu, urutan-urutan unsur
kalimat dapat diubah-ubah, sehingga pola-pola kalimat yang ada berbeda-beda.
c.
Pemakaian bentuk aktif dan pasif
Variasi pemakaian bentuk ini, baik pada satu kalimat maupun pada
rangkaian kalimat dapat memberikan kesan kesegaran penyampaian informasi.
d.
Penyusunan kalimat panjang dan pendek
Rangkaian kalimat yang pendek-pendek dapat menimbulkan kesan membosankan.
Demikian halnya bagi kalimat yang panjang-panjang. Untuk menghindari kesan yang
demikian, variasi penyusunan kalimat dapat dilakukan melalui penciptaan kalimat
yang panjang dipadukan dengan kalimat yang pendek.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani,
I. dan Rosmana, I.A. (2006). Pendidikan
Bahasa Indonesia. Bandung:
UPI Press
Hastuti, S. (2009). Bahasa Indonesia. Surakarta: Widya Duta
Grafika
Leroy,
D. (2003). Soal-Soal dan Pembahasan UAN
Bahasa Indonesia SMP.
Jakarta: Erlangga
Ningsih,
S. (2010). Strategi Sukses Ujian Nasional
SMA. Surakarta: Pratama
Mitra Aksara
Tukan, P. (2007). Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Yudhistira
17
|
0 komentar:
Post a Comment