MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen:
Dr. Mamat
Ruhimat, M.Pd.
Syarif
Hendriana, S.Pd., M.Pd.
Oleh
Kelompok 10
Kelas 1B
Dede Permana (1101470)
Isma
Rachmawati (1100435)
Oki
Silvia Tryadi (1103000)
Yogi
Husnul M. (1105705)
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang
guru memiliki berbagai tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sesuai
dengan tuntutan profesi guru. Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung
jawab seorang guru adalah memajukan, merangsang, dan membimbing siswa sebagai
peserta didik dalam proses pembelajaran. Segala usaha harus dirancang dan
dilaksanakan. Guru yang berkesan dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang
berjaya menjadikan peserta didiknya termotivasi dalam belajar.
Proses pembelajaran dapat dipahami atau dijelaskan dengan menggunakan
berbagai teori belajar. Selain itu, proses tersebut dapat pula dijelaskan
dengan memperhatikan satu aspek yang penting, yaitu motivasi belajar. Guru
sering dirisaukan dengan adanya siswa yang dinilai cerdas tetapi mempunyai
prestasi yang sedang-sedang saja. Dalam pembelajaran, siswa tersebut kelihatan
bosan dan lesu. Sedikit sekali menggunakan pikiran untuk memecahkan persoalan
yang dikemukakan di kelas, apalagi secara aktif melibatkan diri dalam proses
pembelajaran.
Itulah yang menjadikan motivasi sangat berperan dalam proses pembelajaran, sehingga perlu
dipahami oleh para guru sebagai pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk
tindakan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik yang diakibatkan
oleh faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna
memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan.
Dalam
konteks pembelajaran, kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk
belajar. Teori behaviorisme
menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respons,
sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi
dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap
berbagai aspek perilaku.
B. Rumusan
Masalah
Dalam
penyusunan makalah ini perlu dirumuskan permasalahan sehingga dapat menjadi
spesifik dan sistematis. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Apa
pengertian motivasi dan arti pentingnya dalam pembelajaran?
2. Apa
saja teori motivasi?
3. Dari
mana sumber motivasi berasal?
4. Apa
tujuan pemberian motivasi belajar pada siswa?
5. Bagaimana
peranan motivasi dalam pembelajaran?
6. Bagaimana
strategi menumbuhkan motivasi belajar siswa?
7.
Bagaimana
peranan guru dalam memotivasi belajar siswa?
C. Tujuan Penyusunan
Tujuan
yang hendak dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Memahami
definisi motivasi dan arti pentingnya dalam pembelajaran.
2. Mengetahui
berbagai teori motivasi.
3. Mengetahui
sumber motivasi dalam pembelajaran.
4. Mengetahui
tujuan pemberian motivasi belajar pada siswa.
5. Mengetahui peranan motivasi dalam pembelajaran.
6. Mengetahui
dan memahami strategi yang tepat dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa.
7. Mengetahui
peranan guru dalam memotivasi belajar siswa
D. Sistematika Penyusunan Makalah
Makalah
ini terdiri atas tiga bab. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka
sistematika penyusunan makalah ini akan diuraikan sebagai berikut.
Bab I merupakan bab pendahuluan yang
berisi (a) latar belakang, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penyusunan, dan (d)
sistematika penyusunan makalah.
Bab II mengemukakan pembahasan mengenai definisi,
teori, dan sumber motivasi. Ada pula peranan dan tujuan pemberian motivasi pada
siswa. Selain itu, peranan guru dalam memotivasi belajar siswa berikut strategi
yang digunakan, juga dicantumkan dalam bab ini.
Bab III berisi simpulan dari bagian
pembahasan.
BAB II
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
A. Definisi Motivasi
Iskandar
(2009) dalam bukunya “Psikologi Pendidikan” memaparkan bahwa istilah motivasi
berasal dari bahasa latin movere yang
artinya bergerak. Istilah ini bermakna mendorong dan mengarahkan tingkah laku
manusia. Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi berpangkal dari kata motif
yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan (M. Sobry
Sutikno, 2007).
Motivasi dalam www.wikipedia.org dikatakan
sebagai proses yang men-jelaskan intensitas, arah,
dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Sementara menurut
McDonald dalam Oemar Hamalik (2009:173), “Motivasi adalah suatu perubahan
energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan
reaksi-reaksi dalam usaha untuk mencapai tujuan.” (Lihat pula Soemanto,
1998:203).
Sejalan dengan apa yang telah diuraikan
di atas, Ngalim Purwanto mengutip pendapat Hoy dan Miskel dalam buku Educational Administration (1982:137). “Motivasi
dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan,
atau mekanisme-mekanisme lain yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang
diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.”
Lebih
jauh Ngalim Purwanto (1990:72) merumuskan pengertian motivasi ke dalam tiga
komponen pokok, yaitu menggerakkan,
mengarahkan, dan menopang tingkah
laku manusia.
1. Menggerakkan
berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak
dengan cara tertentu.
2. Motivasi
juga mengarahkan atau menyalurkan
tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan.
3. Untuk
menjaga dan menopang tingkah laku,
lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan
individu.
B. Arti Penting Motivasi dalam
Pembelajaran
Dalam
proses pembelajaran dikenal adanya motivasi belajar. Winkels (1987) yang
dikutip Iskandar (2009:180) berpendapat bahwa motivasi belajar merupakan
motivasi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran pada diri siswa sehingga menimbulkan
keinginan belajar untuk mencapai suatu tujuan.
Motivasi
belajar mempunyai peranan penting dalam memberi rangsangan, semangat, dan rasa
senang dalam belajar sehingga siswa yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki
energi yang banyak pula untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam
www.wikipedia.org dijelaskan
seperti berikut.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar
dan kreativitas pengajar. Pelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang
dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran
yang baik ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreativitas guru
akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Telah
jelas disebutkan bahwa salah satu unsur penting dalam proses pembelajaran
adalah adanya motivasi. Motivasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling
mempengaruhi. Bagi siswa yang tidak memiliki motivasi belajar, tidak mungkin
aktivitas belajar terlaksana dengan baik. Sedangkan bagi guru yang tidak
memiliki motivasi untuk mengajarkan ilmunya pada siswa, tentu tidak akan tercipta
pula proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi pembelajaran
adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar
yang menambah pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Motivasi ini tumbuh
karena adanya keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu serta
mengarahan minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan
termotivasi untuk mencapai prestasi.
6
|
C. Teori Motivasi
Mengenal
teori-teori motivasi diperlukan guna memahami makna motivasi dan urgensinya dalam
proses pembelajaran. Berikut dikemukakan beberapa teori motivasi menurut Ngalim
Purwanto (1990:74-78) yaitu:
1. Teori
Hedonisme
Dalam
pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan
kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu setiap
menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif
pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan
kesukaran dan penderitaan.
Implikasi
dari teori ini ialah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung
menghindari hal-hal yang sulit dan lebih suka melakukan sesuatu yang
mendatangkan kesenangan. Misalnya, para siswa di suatu kelas merasa gembira dan
bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika
mereka tidak dapat mengajar karena sakit. Menurut teori hedonisme, para siswa
pada contoh di atas harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau
belajar dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.
2. Teori
Naluri
Pada
dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang disebut juga naluri,
yaitu (1) naluri mempertahankan diri, (2) naluri mengembangkan diri, dan (3)
naluri mengembangkan/mempertahankan jenis. Dengan dimilikinya ketiga naluri
pokok itu, maka tingkah laku manusia sehari-hari digerakkan oleh ketiga naluri
tersebut. Menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus didasarkan pada naluri
yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Misalkan,
seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering merasa dihina dan
diejek teman-temannya karena ia dianggap bodoh di kelas (naluri mempertahankan
diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi anak nakal yang suka
berkelahi maka perlu diberi motivasi, seperti menyedikan situasi yang dapat
mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman
sekelasnya (naluri mengembangkan diri).
3.
7
|
Teori
ini berpandangan bahwa perilaku manusia tidak berdasarkan naluri, tetapi
berdasarkan pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang
itu hidup. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan.
Menurut teori ini, apabila seorang pendidik akan memotivasi peserta didiknya,
pendidik itu hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang
yang dipimpinnya.
Dengan
mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang, kita dapat mengetahui pola
tingkah lakunya. Banyak kemungkinan seorang guru di suatu sekolah akan
menghadapi beberapa macam peserta didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan
yang berbeda-beda, sehingga perlu adanya pendekatan yang berbeda pula, termasuk
dalam pemberian motivasi terhadap mereka.
4. Teori
Daya Pendorong
Teori
ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang
dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan
kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Menurut teori ini, bila
seorang pendidik ingin memotivasi peserta didiknya, ia harus mendasarkannya
atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari
kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi peserta didik yang sejak
kecil dibesarkan di daerah Gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar akan
berbeda dengan cara memotivasi anak yang dibesarkan di kota Medan meskipun
masalah yang dihadapinya sama.
5. Teori
Kebutuhan
Teori
motivasi yang sekarang banyak dianut adalah teori kebutuhan. Teori ini
beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah
untuk pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Oleh karena itu,
menurut teori ini apabila seorang pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada
siswa, ia harus berusaha mengetahui dulu kebutuhan-kebutuhan siswa yang akan
diberikan motivasi itu.
Aktua-
lisasi diri
|
Kebutuhan
penghargaan
|
Kebutuhan fisiologis
|
Kebutuhan sosial
|
Kebutuhan rasa aman
dan perlindungan
|
Keterangan:
(1) Kebutuhan fisiologis
yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut
fungsi-fungsi biologis dasar dari manusia, seperti kebutuhan pangan dan
kesehatan fisik.
(2) Kebutuhan rasa aman dan
perlindungan seperti terlindung dari bahaya dan
ancaman penyakit.
(3) Kebutuhan sosial,
yang meliputi kebutuhan akan dicintai, rasa setia kawan, kerja sama, dan
lain-lain.
(4) Kebutuhan penghargaan,
termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, status dan pangkat.
(5) Kebutuhan akan aktualisasi diri,
antara lain pengembangan diri secara maksimum, kreativitas, dan ekspresi diri.
Tingkatan
kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksudkan sebagai suatu kerangka yang dapat
dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan
sewaktu-waktu bila diperlukan untuk memperkirakan tingkat kebutuhan yang
mendorong seseorang yang akan diberi motivasi.
D. Sumber Motivasi dalam Pembelajaran
Hakikat motivasi dalam pembelajaran adalah dorongan
yang terjadi pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi menurut Muhibbin Syah (2010:134)
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) motivasi intrinsik, dan (2)
motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan
menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk
kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah
hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya
untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib
sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh
konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan
atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat
eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses
belajar baik di sekolah maupun di rumah.
Sesuai dengan pemikiran seperti diuraikan
di atas, dapat dinyatakan bahwa pentingnya motivasi belajar baik intrinsik
maupun ekstrinsik menjadikan siswa bersemangat dalam proses belajar. Lain
halnya jika pada diri siswa tersebut tidak ada satu pun motivasi yang
mendorongnya untuk belajar. Proses pembelajaran tidak akan terasa menyenangkan
bagi siswa sehingga membuat tidak bersemangat untuk belajar.
Jadi di dalam
proses belajar, motivasi intrinsik lebih berkesan mendorong siswa untuk
mencapai hasil belajar sebagai tujuan motivasinya. Namun bukan berarti bahwa
motivasi ekstrinsik perlu dihindari sama sekali. Motivasi ekstrinsik dapat
memancing timbulnya motivasi intrinsik. Banyak siswa yang termotivasi secara
ekstrinsik dapat berjaya dengan baik dalam belajar, seperti halnya siswa-siswa
yang termotivasi secara intrinsik, asalkan guru dapat membantu dengan cara yang
tepat sesuai dengan keperluan mereka.
E.
Tujuan Pemberian Motivasi
Menurut pengamatan Hilgard dan Russel dalam
Soemanto (1998:201), “Tidak ada obat yang mujarab untuk menyembuhkan segala
penyakit mental yang didapati pada anak-anak yang berada di dalam lingkungan
sekolah yang tidak cocok bagi mereka.”
Oleh sebab itu, Ngalim Purwanto
(1990:73) menjelaskan tujuan pemberian motivasi, yaitu untuk menggerakkan atau
memacu para siswa agar timbul keinginan untuk meningkatkan prestasi belajar,
sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan
ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
Jelaslah bahwa setiap
tindakan motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau
yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu
dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih berhasil jika tujuannya jelas dan
sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang
yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami latar belakang
kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan diberi motivasi.
F. Peranan
Motivasi dalam Pembelajaran
|
Menurut Sardiman
(2003:84), kegiatan belajar sangat memerlukan motivasi. Hasil belajar akan menjadi
optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil
pula pelajaran yang dipelajari siswa. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan
intensitas usaha belajar para siswa.
Motivasi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Tidak ada
kegiatan pembelajaran tanpa motivasi. Oleh karena itu, motivasi mempunyai
peranan yang strategis dalam mencapai tujuan atau hasil dari pembelajaran.
Adapun peranan motivasi dalam pembelajaran menurut Iskandar (2009:192) adalah
sebagai berikut.
1. Peranan motivasi sebagai motor penggerak kegiatan
pembelajaran
2. Peranan motivasi menjelaskan tujuan pembelajaran
3. Peranan motivasi menyeleksi arah perbuatan
4. Peranan motivasi menentukan ketekunan dalam
pembelajaran
5. Peranan motivasi melahirkan prestasi
Selanjutnya, masih berkaitan dengan
peranan motivasi dalam pembelajaran. Oemar Hamalik (2009:175) menjelaskan bahwa
motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan.
Jadi, peranan motivasi itu ialah (1) Mendorong timbulnya suatu perbuatan, tanpa
motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar; (2) Sebagai pengarah,
artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian prestasi yang diinginkan; dan
(3) Sebagai penggerak, yaitu motivasi berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pembelajaran.
Dari uraian-uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu
motivasi yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya sangat berperan
positif, terutama untuk mengarahkan peserta didik supaya memusatkan
perhatiannya pada suatu proses pembelajaran dalam mencapai prestasi yang
diinginkan.
12
|
G. Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa
Beberapa strategi yang dapat guru gunakan
guna menumbuhkan dan mempertahankan motivasi belajar siswa terhadap
pembelajaran, yaitu seperti diungkapkan Djamarah (2006:149-157) berikut.
1.
Memberi angka
Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol
atau nilai dari hasil aktivitas belajar. Angka merupakan alat motivasi yang
cukup memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk mempertahankan atau
bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka. Namun guru sebaiknya
berhati-hati dalam memberikan angka. Berbagai pertimbangan tentu lebih dahulu
diperhatikan, betulkah hasil yang dicapai anak didik itu atas usahanya sendiri.
Di sini kearifan guru dituntut agar memberikan penilaian tidak sembarangan,
sehingga tidak merugikan anak didik yang betul-betul belajar.
2.
Hadiah
Hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada
orang lain sebagai penghargaan. Pemberian hadiah dapat diterapkan di sekolah.
Guru dapat memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi. Pemberian
hadiah tidak harus dilakukan pada waktu kenaikan kelas, tetapi dapat pula
diberikan kepada peserta didik yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas,
dapat meningkatkan disiplin dalam belajar, taat pada tata tertib sekolah, dan
sebagainya.
Keampuhan hadiah sebagai alat untuk
mendapatkan umpan balik dari peserta didik akan terasa jika penggunaannya
tepat. Terlalu sering memberikan hadiah juga tidak dibenarkan, sebab hal itu
akan menjadi kebiasaan yang kurang menguntungkan dalam kegiatan belajar
mengajar.
3.
Pujian
Pujian adalah alat motivasi yang positif.
Dalam kegiatan belajar mengajar, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat
motivasi. Guru dapat memakai pujian untuk menyenangkan perasaan peserta didik.
Namun begitu, pujian harus betul-betul sesuai dengan hasil kerja peserta didik.
Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan sebaliknya, yaitu pujian
yang dibuat-buat. Pujian yang baik adalah pujian yang keluar dari hati seorang guru
secara wajar dengan maksud memberikan penghargaan kepada peserta didik atas
jerih payahnya dalam belajar.
4.
13
|
Gerakan tubuh dalam bentuk mimik yang cerah
dengan senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam,
menaikkan bahu, dan lain-lain adalah sejumlah gerakan fisik yang dapat
memberikan umpan balik dari peserta didik. Gerakan tubuh merupakan penguatan
yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa, sehingga proses pembelajaran
lebih menyenangkan.
5.
Memberi tugas
Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut
pelaksanaan untuk diselesaikan. Guru dapat memberikan tugas kepada siswa
sebagai bagian yang tak dapat terpisahkan dari tugas belajar peserta didik. Peserta
didik yang menyadari akan mendapat tugas dari guru setelah mereka menerima
bahan pelajaran akan memperhatikan penyampaian pelajaran dengan sungguh-sungguh
dan berkonsentrasi.
6.
Memberi ulangan
Ulangan adalah salah satu strategi yang
penting dalam pengajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, ulangan dapat guru
manfaatkan untuk membangkitkan perhatian peserta didik terhadap bahan pelajaran
yang disampaikan di kelas.
7.
Mengetahui hasil
Karena peserta didik adalah manusia, maka
di dalam dirinya selalu ada keinginan untuk mengetahui sesuatu. Guru tidak
harus mematikan keinginan siswa untuk mengetahui, tetapi memanfaatkannya untuk
kepentingan pengajaran. Setiap tugas yang diselesaikan oleh peserta didik dan
telah diberi angka (nilai), sebaiknya guru bagikan kepada setiap peserta didik
agar mereka mengetahui prestasi kerjanya. Maka akan timbul perasaan untuk
mempertahankan dan lebih meningkatkan lagi prestasi belajarnya.
8. Hukuman
Hukuman adalah reinforcement yang negatif, tetapi diperlukan dalam pendidikan,
yaitu hukuman yang mendidik. Dengan begitu, anak didik akan senantiasa disiplin
dan mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah.
Seorang guru sebaiknya bukan hanya mengetahui
strategi-strategi dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, tetapi juga harus
memahami penerapannya karena strategi yang digunakan harus sesuai dengan
karakter peserta didik dan kondisi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
H.
Peranan
Guru dalam Memotivasi Belajar Siswa
Cece Rakhmat, dkk. (2006:213) mengemukakan
bahwa seorang guru harus berperan dalam memotivasi siswa belajar di kelas.
Peranan guru tersebut di antaranya:
1. Mengenal
setiap siswa yang diajarnya secara pribadi
Dengan mengenal setiap siswa secara
pribadi, maka guru akan mampu memperlakukan setiap siswa secara tepat. Dengan
demikian, upaya peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilakukan secara tepat
pula. Meskipun seorang guru berhadapan dengan kelompok siswa dalam kelas,
apabila guru tersebut mengenal setiap siswanya secara pribadi, dia akan mampu
memperlakukan setiap siswa dalam kelompok secara berbeda sesuai dengan keadaan
dan kemampuan serta kesulitan yang dihadapi oleh setiap siswanya itu.
2 . Memperlihatkan interaksi yang
menyenangkan
Interaksi yang menyenangkan ini akan menimbulkan suasana aman dalam
kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan melakukan perbuatan yang tidak
berkenan bagi gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini dapat membuat suasana
sehat dalam kelas. Suasana yang menyenangkan dan sehat itu akan menimbulkan
suasana yang mendukung untuk terjadinya belajar. Dengan demikian, motivasi
belajar siswa menjadi lebih baik. Seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan
interaksi yang menyenangkan dengan peserta didik.
3. Menguasai berbagai metode dan teknik mengajar serta menggunakannya
secara tepat
Penguasaan berbagai metode dan teknik
mengajar serta penerapannya secara tepat membuat guru mampu mengubah cara
mengajarnya sesuai dengan suasana kelas. Pada para siswa terutama siswa di
sekolah dasar, sering timbul suasana cepat bosan dengan keadaan yang tidak
berubah. Guru harus dapat menyimak perubahan suasana kelas sebagai akibat dari
kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru dapat mengembalikan
gairah belajar anak, di antaranya mengubah metode atau teknik mengajar pada
waktu suasana bosan itu mulai muncul.
4.
Menjaga suasana kelas supaya para siswa
terhindar dari konflik dan frustasi
Suasana konflik dan frustasi di kelas
menimbulkan gairah belajar siswa menurun. Perhatian mereka tidak lagi terhadap
kegiatan belajar, melainkan kepada upaya menghilangkan konflik dan frustasi. Apabila
guru dapat menjaga suasana kelas, maka konsentrasi penuh akan dapat
dikembalikan pada kegiatan belajar. Konsentrasi penuh terhadap belajar itu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan pada gilirannya akan meningkatkan
hasil belajar.
5.
Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan
dan kemampuannya
Sebagai kelanjutan dari pemahaman siswa secara
pribadi, guru dapat mem-
perlakukan setiap siswa secara tepat
sesuai dengan hal-hal yang diketahuinya dari setiap siswa itu.
BAB III
SIMPULAN
Motivasi merupakan suatu usaha yang
disadari untuk menggerakkan tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi terbagi menjadi motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar.
Tujuan pemberian motivasi dalam
pembelajaran yaitu untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga
tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di
dalam kurikulum sekolah. Sementara itu, peranan motivasi dalam proses
pembelajaran adalah (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, (2) sebagai
pengarah, dan (3) sebagai penggerak.
Beberapa strategi dalam menumbuhkan
motivasi siswa di antaranya memberi angka (nilai), memberi hadiah, memberi
pujian, menyesuaikan gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui
hasil, dan memberi hukuman yang mendidik.
Guru sangat berperan dalam memotivasi belajar
siswa. Hal-hal yang harus dilakukan seorang guru adalah (1) mengenal setiap siswa yang diajarnya secara
pribadi; (2) memperlihatkan interaksi yang menyenangkan; (3) menguasai berbagai
metode dan teknik mengajar serta menggunakannya secara tepat; (4) menjaga
suasana kelas supaya para siswa terhindar dari konflik dan frustasi; dan (5)
memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S.B. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Hamalik,
O. (2009). Psikologi Belajar dan Mengajar.
Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Purwanto, N. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Rakhmat, C., dkk.
(2006). Psikologi Pendidikan.
Bandung: UPI Press
Soemanto, W. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta
Syah,
M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja
Rosdakarya
17
|
0 komentar:
Post a Comment