Thursday, March 1, 2012

MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN

MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          
Dosen:
Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd.
Syarif Hendriana, S.Pd., M.Pd.




 Oleh
 Kelompok 10
 Kelas 1B
Dede Permana       (1101470)
Isma Rachmawati    (1100435)
Oki Silvia Tryadi   (1103000)
 Yogi Husnul M.    (1105705)



PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA
2011



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
 Seorang guru memiliki berbagai tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan profesi guru. Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung jawab seorang guru adalah memajukan, merangsang, dan membimbing siswa sebagai peserta didik dalam proses pembelajaran. Segala usaha harus dirancang dan dilaksanakan. Guru yang berkesan dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berjaya menjadikan peserta didiknya termotivasi dalam belajar.
     Proses pembelajaran dapat dipahami atau dijelaskan dengan menggunakan berbagai teori belajar. Selain itu, proses tersebut dapat pula dijelaskan dengan memperhatikan satu aspek yang penting, yaitu motivasi belajar. Guru sering dirisaukan dengan adanya siswa yang dinilai cerdas tetapi mempunyai prestasi yang sedang-sedang saja. Dalam pembelajaran, siswa tersebut kelihatan bosan dan lesu. Sedikit sekali menggunakan pikiran untuk memecahkan persoalan yang dikemukakan di kelas, apalagi secara aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran.
     Itulah yang menjadikan motivasi sangat berperan dalam proses pembelajaran, sehingga perlu dipahami oleh para guru sebagai pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik yang diakibatkan oleh faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan.
 Dalam konteks pembelajaran, kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respons, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek perilaku.
     Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa memerlukan kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sejauh mungkin siswa perlu didorong untuk mampu menata belajarnya sendiri serta berinteraksi dengan teman dan guru untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan sosial. Selain itu, keterlibatan orang tua dalam belajar siswa perlu diusahakan, baik berupa perhatian dan bimbingan kepada anak di rumah maupun partisipasi secara individual dan kolektif terhadap sekolah dan kegiatannya.

B.  Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini perlu dirumuskan permasalahan sehingga dapat menjadi spesifik dan sistematis. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1.    Apa pengertian motivasi dan arti pentingnya dalam pembelajaran?
2.    Apa saja teori motivasi?
3.    Dari mana sumber motivasi berasal?
4.    Apa tujuan pemberian motivasi belajar pada siswa?
5.    Bagaimana peranan motivasi dalam pembelajaran?
6.    Bagaimana strategi menumbuhkan motivasi belajar siswa?
7.    Bagaimana peranan guru dalam memotivasi belajar siswa?

C.   Tujuan Penyusunan
 Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.    Memahami definisi motivasi dan arti pentingnya dalam pembelajaran.
2.    Mengetahui berbagai teori motivasi.
3.    Mengetahui sumber motivasi dalam pembelajaran.
4.    Mengetahui tujuan pemberian motivasi belajar pada siswa.
5.    Mengetahui  peranan motivasi dalam pembelajaran.
6.  Mengetahui dan memahami strategi yang tepat dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa.

7.    Mengetahui peranan guru dalam memotivasi belajar siswa

D. Sistematika Penyusunan Makalah

       Makalah ini terdiri atas tiga bab. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka sistematika penyusunan makalah ini akan diuraikan sebagai berikut.
     Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi (a) latar belakang, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penyusunan, dan (d) sistematika penyusunan makalah.
     Bab II mengemukakan pembahasan mengenai definisi, teori, dan sumber motivasi. Ada pula peranan dan tujuan pemberian motivasi pada siswa. Selain itu, peranan guru dalam memotivasi belajar siswa berikut strategi yang digunakan, juga dicantumkan dalam bab ini.
     Bab III berisi simpulan dari bagian pembahasan.

BAB II
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
A.    Definisi Motivasi
Iskandar (2009) dalam bukunya “Psikologi Pendidikan” memaparkan bahwa istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya bergerak. Istilah ini bermakna mendorong dan mengarahkan tingkah laku manusia. Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan (M. Sobry Sutikno, 2007).
     Motivasi dalam www.wikipedia.org dikatakan sebagai proses yang men-jelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Sementara menurut McDonald dalam Oemar Hamalik (2009:173), “Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha untuk mencapai tujuan.” (Lihat pula Soemanto, 1998:203).
      Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas, Ngalim Purwanto mengutip pendapat Hoy dan Miskel dalam buku Educational Administration (1982:137). “Motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, atau mekanisme-mekanisme lain yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.”
      Lebih jauh Ngalim Purwanto (1990:72) merumuskan pengertian motivasi ke dalam tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.
1.    Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
2.    Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan.
3.  Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan individu.


     Sesuai dengan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi psikologis yang dapat menggerakkan perilaku atau menggugah kesadaran seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga memperoleh hasil atau tujuan tertentu.

B.  Arti Penting Motivasi dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal adanya motivasi belajar. Winkels (1987) yang dikutip Iskandar (2009:180) berpendapat bahwa motivasi belajar merupakan motivasi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran pada diri siswa sehingga menimbulkan keinginan belajar untuk mencapai suatu tujuan.
Motivasi belajar mempunyai peranan penting dalam memberi rangsangan, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki energi yang banyak pula untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam www.wikipedia.org dijelaskan seperti berikut.

     Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Pelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreativitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

Telah jelas disebutkan bahwa salah satu unsur penting dalam proses pembelajaran adalah adanya motivasi. Motivasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Bagi siswa yang tidak memiliki motivasi belajar, tidak mungkin aktivitas belajar terlaksana dengan baik. Sedangkan bagi guru yang tidak memiliki motivasi untuk mengajarkan ilmunya pada siswa, tentu tidak akan tercipta pula proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi pembelajaran adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar yang menambah pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Motivasi ini tumbuh karena adanya keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu serta mengarahan minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi.
6
 
C.  Teori Motivasi
Mengenal teori-teori motivasi diperlukan guna memahami makna motivasi dan urgensinya dalam proses pembelajaran. Berikut dikemukakan beberapa teori motivasi menurut Ngalim Purwanto (1990:74-78) yaitu:
1.    Teori Hedonisme
Dalam pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran dan penderitaan.
Implikasi dari teori ini ialah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan. Misalnya, para siswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika mereka tidak dapat mengajar karena sakit. Menurut teori hedonisme, para siswa pada contoh di atas harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau belajar dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.
2.    Teori Naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang disebut juga naluri, yaitu (1) naluri mempertahankan diri, (2) naluri mengembangkan diri, dan (3) naluri mengembangkan/mempertahankan jenis. Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka tingkah laku manusia sehari-hari digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus didasarkan pada naluri yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Misalkan, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering merasa dihina dan diejek teman-temannya karena ia dianggap bodoh di kelas (naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi anak nakal yang suka berkelahi maka perlu diberi motivasi, seperti menyedikan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya (naluri mengembangkan diri).
3.   
7
Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa perilaku manusia tidak berdasarkan naluri, tetapi berdasarkan pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pendidik akan memotivasi peserta didiknya, pendidik itu hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.
Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang, kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya. Banyak kemungkinan seorang guru di suatu sekolah akan menghadapi beberapa macam peserta didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga perlu adanya pendekatan yang berbeda pula, termasuk dalam pemberian motivasi terhadap mereka.
4.    Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Menurut teori ini, bila seorang pendidik ingin memotivasi peserta didiknya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi peserta didik yang sejak kecil dibesarkan di daerah Gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara memotivasi anak yang dibesarkan di kota Medan meskipun masalah yang dihadapinya sama.
5.    Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini apabila seorang pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada siswa, ia harus berusaha mengetahui dulu kebutuhan-kebutuhan siswa yang akan diberikan motivasi itu.

Salah satu teori kebutuhan yang berkaitan dengan motivasi yaitu teori Abraham Maslow. Maslow mengemukakan lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia, seperti terlihat pada gambar berikut.

 
Aktua-
lisasi diri
Kebutuhan
penghargaan
Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan sosial

Kebutuhan rasa aman
dan perlindungan

 

 
Keterangan:
(1)     Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari manusia, seperti kebutuhan pangan dan kesehatan fisik.
(2)     Kebutuhan rasa aman dan perlindungan seperti terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit.
(3)     Kebutuhan sosial, yang meliputi kebutuhan akan dicintai, rasa setia kawan, kerja sama, dan lain-lain.
(4)     Kebutuhan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, status dan pangkat.
(5)     Kebutuhan akan aktualisasi diri, antara lain pengembangan diri secara maksimum, kreativitas, dan ekspresi diri.
Tingkatan kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksudkan sebagai suatu kerangka yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan untuk memperkirakan tingkat kebutuhan yang mendorong seseorang yang akan diberi motivasi.

Dalam proses pembelajaran di kelas, seorang guru boleh menerapkan teori motivasi mana saja yang dianggap cocok. Namun perlu diperhatikan manfaat yang diperoleh dan keadaan siswa dalam kondisi yang diberi motivasi itu. Harus disesuaikan sehingga tidak menghilangkan unsur-unsur pemberian motivasi untuk mencapai tujuan yang dimaksud. 

D.  Sumber Motivasi dalam Pembelajaran
Hakikat motivasi dalam pembelajaran adalah dorongan yang terjadi pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi menurut Muhibbin Syah (2010:134) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) motivasi intrinsik, dan (2) motivasi ekstrinsik.

          Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar baik di sekolah maupun di rumah.

     Sesuai dengan pemikiran seperti diuraikan di atas, dapat dinyatakan bahwa pentingnya motivasi belajar baik intrinsik maupun ekstrinsik menjadikan siswa bersemangat dalam proses belajar. Lain halnya jika pada diri siswa tersebut tidak ada satu pun motivasi yang mendorongnya untuk belajar. Proses pembelajaran tidak akan terasa menyenangkan bagi siswa sehingga membuat tidak bersemangat untuk belajar.

     Senada dengan pendapat tersebut, Mulyono Abdurrahman (2009:38) mengemukakan bahwa masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil, serta masukan yang berasal dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar, tetapi berpengaruh terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai hasil belajar. Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh siswa.
     Jadi di dalam proses belajar, motivasi intrinsik lebih berkesan mendorong siswa untuk mencapai hasil belajar sebagai tujuan motivasinya. Namun bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik perlu dihindari sama sekali. Motivasi ekstrinsik dapat memancing timbulnya motivasi intrinsik. Banyak siswa yang termotivasi secara ekstrinsik dapat berjaya dengan baik dalam belajar, seperti halnya siswa-siswa yang termotivasi secara intrinsik, asalkan guru dapat membantu dengan cara yang tepat sesuai dengan keperluan mereka.
    
E.   Tujuan Pemberian Motivasi
 Menurut pengamatan Hilgard dan Russel dalam Soemanto (1998:201), “Tidak ada obat yang mujarab untuk menyembuhkan segala penyakit mental yang didapati pada anak-anak yang berada di dalam lingkungan sekolah yang tidak cocok bagi mereka.”
Oleh sebab itu, Ngalim Purwanto (1990:73) menjelaskan tujuan pemberian motivasi, yaitu untuk menggerakkan atau memacu para siswa agar timbul keinginan untuk meningkatkan prestasi belajar, sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
Jelaslah bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih berhasil jika tujuannya jelas dan sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan diberi motivasi.
F.     Peranan Motivasi dalam Pembelajaran
Menurut Sardiman (2003:84), kegiatan belajar sangat memerlukan motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pula pelajaran yang dipelajari siswa. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar para siswa.
Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Tidak ada kegiatan pembelajaran tanpa motivasi. Oleh karena itu, motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam mencapai tujuan atau hasil dari pembelajaran. Adapun peranan motivasi dalam pembelajaran menurut Iskandar (2009:192) adalah sebagai berikut.
1.    Peranan motivasi sebagai motor penggerak kegiatan pembelajaran
2.    Peranan motivasi menjelaskan tujuan pembelajaran
3.    Peranan motivasi menyeleksi arah perbuatan
4.    Peranan motivasi menentukan ketekunan dalam pembelajaran
5.    Peranan motivasi melahirkan prestasi
Selanjutnya, masih berkaitan dengan peranan motivasi dalam pembelajaran. Oemar Hamalik (2009:175) menjelaskan bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi, peranan motivasi itu ialah (1) Mendorong timbulnya suatu perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar; (2) Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian prestasi yang diinginkan; dan (3) Sebagai penggerak, yaitu motivasi berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pembelajaran.
Dari uraian-uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu motivasi yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya sangat berperan positif, terutama untuk mengarahkan peserta didik supaya memusatkan perhatiannya pada suatu proses pembelajaran dalam mencapai prestasi yang diinginkan.
12
 
G. Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa
Beberapa strategi yang dapat guru gunakan guna menumbuhkan dan mempertahankan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran, yaitu seperti diungkapkan Djamarah (2006:149-157) berikut.
1.    Memberi angka
Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka. Namun guru sebaiknya berhati-hati dalam memberikan angka. Berbagai pertimbangan tentu lebih dahulu diperhatikan, betulkah hasil yang dicapai anak didik itu atas usahanya sendiri. Di sini kearifan guru dituntut agar memberikan penilaian tidak sembarangan, sehingga tidak merugikan anak didik yang betul-betul belajar.
2.    Hadiah
Hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai penghargaan. Pemberian hadiah dapat diterapkan di sekolah. Guru dapat memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi. Pemberian hadiah tidak harus dilakukan pada waktu kenaikan kelas, tetapi dapat pula diberikan kepada peserta didik yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas, dapat meningkatkan disiplin dalam belajar, taat pada tata tertib sekolah, dan sebagainya.
Keampuhan hadiah sebagai alat untuk mendapatkan umpan balik dari peserta didik akan terasa jika penggunaannya tepat. Terlalu sering memberikan hadiah juga tidak dibenarkan, sebab hal itu akan menjadi kebiasaan yang kurang menguntungkan dalam kegiatan belajar mengajar.
3.    Pujian
Pujian adalah alat motivasi yang positif. Dalam kegiatan belajar mengajar, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Guru dapat memakai pujian untuk menyenangkan perasaan peserta didik. Namun begitu, pujian harus betul-betul sesuai dengan hasil kerja peserta didik. Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan sebaliknya, yaitu pujian yang dibuat-buat. Pujian yang baik adalah pujian yang keluar dari hati seorang guru secara wajar dengan maksud memberikan penghargaan kepada peserta didik atas jerih payahnya dalam belajar.
4.   
13
Gerakan tubuh
Gerakan tubuh dalam bentuk mimik yang cerah dengan senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikkan bahu, dan lain-lain adalah sejumlah gerakan fisik yang dapat memberikan umpan balik dari peserta didik. Gerakan tubuh merupakan penguatan yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa, sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan.
5.    Memberi tugas
Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk diselesaikan. Guru dapat memberikan tugas kepada siswa sebagai bagian yang tak dapat terpisahkan dari tugas belajar peserta didik. Peserta didik yang menyadari akan mendapat tugas dari guru setelah mereka menerima bahan pelajaran akan memperhatikan penyampaian pelajaran dengan sungguh-sungguh dan berkonsentrasi.
6.    Memberi ulangan
Ulangan adalah salah satu strategi yang penting dalam pengajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, ulangan dapat guru manfaatkan untuk membangkitkan perhatian peserta didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan di kelas.
7.    Mengetahui hasil
Karena peserta didik adalah manusia, maka di dalam dirinya selalu ada keinginan untuk mengetahui sesuatu. Guru tidak harus mematikan keinginan siswa untuk mengetahui, tetapi memanfaatkannya untuk kepentingan pengajaran. Setiap tugas yang diselesaikan oleh peserta didik dan telah diberi angka (nilai), sebaiknya guru bagikan kepada setiap peserta didik agar mereka mengetahui prestasi kerjanya. Maka akan timbul perasaan untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan lagi prestasi belajarnya.
 8.  Hukuman

Hukuman adalah reinforcement yang negatif, tetapi diperlukan dalam pendidikan, yaitu hukuman yang mendidik. Dengan begitu, anak didik akan senantiasa disiplin dan mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah.
Seorang guru sebaiknya bukan hanya mengetahui strategi-strategi dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, tetapi juga harus memahami penerapannya karena strategi yang digunakan harus sesuai dengan karakter peserta didik dan kondisi pada saat proses pembelajaran berlangsung.

H.  Peranan Guru dalam Memotivasi Belajar Siswa
Cece Rakhmat, dkk. (2006:213) mengemukakan bahwa seorang guru harus berperan dalam memotivasi siswa belajar di kelas. Peranan guru tersebut di antaranya:
1.    Mengenal setiap siswa yang diajarnya secara pribadi
Dengan mengenal setiap siswa secara pribadi, maka guru akan mampu memperlakukan setiap siswa secara tepat. Dengan demikian, upaya peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilakukan secara tepat pula. Meskipun seorang guru berhadapan dengan kelompok siswa dalam kelas, apabila guru tersebut mengenal setiap siswanya secara pribadi, dia akan mampu memperlakukan setiap siswa dalam kelompok secara berbeda sesuai dengan keadaan dan kemampuan serta kesulitan yang dihadapi oleh setiap siswanya itu.
2 . Memperlihatkan interaksi yang menyenangkan
     Interaksi yang menyenangkan ini akan menimbulkan suasana aman dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan melakukan perbuatan yang tidak berkenan bagi gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini dapat membuat suasana sehat dalam kelas. Suasana yang menyenangkan dan sehat itu akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk terjadinya belajar. Dengan demikian, motivasi belajar siswa menjadi lebih baik. Seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan interaksi yang menyenangkan dengan peserta didik.


3. Menguasai berbagai metode dan teknik mengajar serta menggunakannya secara tepat

Penguasaan berbagai metode dan teknik mengajar serta penerapannya secara tepat membuat guru mampu mengubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas. Pada para siswa terutama siswa di sekolah dasar, sering timbul suasana cepat bosan dengan keadaan yang tidak berubah. Guru harus dapat menyimak perubahan suasana kelas sebagai akibat dari kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru dapat mengembalikan gairah belajar anak, di antaranya mengubah metode atau teknik mengajar pada waktu suasana bosan itu mulai muncul.
4.    Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindar dari konflik dan frustasi
Suasana konflik dan frustasi di kelas menimbulkan gairah belajar siswa menurun. Perhatian mereka tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan kepada upaya menghilangkan konflik dan frustasi. Apabila guru dapat menjaga suasana kelas, maka konsentrasi penuh akan dapat dikembalikan pada kegiatan belajar. Konsentrasi penuh terhadap belajar itu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar.
5.    Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuannya
Sebagai  kelanjutan dari pemahaman  siswa  secara  pribadi,  guru  dapat  mem- perlakukan  setiap  siswa  secara  tepat  sesuai  dengan  hal-hal  yang diketahuinya dari setiap siswa itu.

BAB III
SIMPULAN
      Motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
     Motivasi terbagi menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
     Tujuan pemberian motivasi dalam pembelajaran yaitu untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Sementara itu, peranan motivasi dalam proses pembelajaran adalah (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, (2) sebagai pengarah, dan (3) sebagai penggerak.
     Beberapa strategi dalam menumbuhkan motivasi siswa di antaranya memberi angka (nilai), memberi hadiah, memberi pujian, menyesuaikan gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan memberi hukuman yang mendidik.
     Guru sangat berperan dalam memotivasi belajar siswa. Hal-hal yang harus dilakukan seorang guru adalah (1)  mengenal setiap siswa yang diajarnya secara pribadi; (2) memperlihatkan interaksi yang menyenangkan; (3) menguasai berbagai metode dan teknik mengajar serta menggunakannya secara tepat; (4) menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindar dari konflik dan frustasi; dan (5) memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuannya.


       DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S.B. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, O. (2009). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Purwanto, N. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rakhmat, C., dkk. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: UPI Press
Soemanto, W. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi [18 September 2011]
17
 


 

0 komentar:

Post a Comment